Beranda | Artikel
Batas Akhir Waktu Shalat Isya
Senin, 13 Maret 2017

Akhir Shalat Isya’

Kapan batas akhir waktu isya’… apakah tengah malam atau sampai subuh…

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapat perintah shalat 5 waktu pada peristiwa isra’ mi’raj, selanjutnya Jibril datang mengajarkan kepada beliau shalat 5 waktu itu. Jibril datang 2 kali. Kedatangan pertama ketika di awal waktu shalat, dan kedatangan kedua di akhir waktu shalat.

Hadisnya cukup panjang. Kita simak bagian yang menyebutkan shalat isya,

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, beliau bercerita,

ثُمَّ مَكَثَ حَتَّى ذَهَبَ الشَّفَقُ فَجَاءَهُ فَقَالَ قُمْ فَصَلِّ الْعِشَاءَ فَقَامَ فَصَلاَّهَا ثُمَّ جَاءَهُ حِينَ سَطَعَ الْفَجْرُ بِالصُّبْحِ… ثُمَّ جَاءَهُ لِلْعِشَاءِ حِينَ ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ الأَوَّلِ فَقَالَ قُمْ فَصَلِّ الْعِشَاءَ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَهُ لِلصُّبْحِ حِينَ أَسْفَرَ جِدًّا فَقَالَ قُمْ فَصَلِّ الصُّبْحَ ثُمَّ قَالَ « مَا بَيْنَ هَذَيْنِ كُلُّهُ وَقْتٌ »

Kemudian ketika warna merah di ufuk barat telah hilang, Jibril datang, lalu mengatakan, ‘Kerjakanlah shalat isya’.’ Kemudian beliau mengerjakan shalat isya’. Lalu Jibril datang lagi fajar sudah mulai terbit di waktu subuh….

Di hari berikutnya, Jibril datang kepada beliau untuk shalat isya, ketika sudah berlalu sepertiga malam pertama. Beliau mengatakan, ‘Kerjakanlah shalat isya’.’ Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat. Kemudian datang lagi untuk shalat subuh ketika langit sudah sangat menguning. Beliau mengatakan, ‘Lakukanlah shalat subuh.’ Kemudian beliau mengatakan, “Di antara dua batas ini adalah waktu shalat.” (HR. ad-Daruquthni 1019, Nasai 531, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Dalam riwayat lain, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita,

أَمَّنِى جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ عِنْدَ الْبَيْتِ مَرَّتَيْنِ… ثُمَّ صَلَّى الْعِشَاءَ الآخِرَةَ حِينَ ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ ثُمَّ صَلَّى الصُّبْحَ… ثُمَّ الْتَفَتَ إِلَىَّ جِبْرِيلُ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ هَذَا وَقْتُ الأَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِكَ. وَالْوَقْتُ فِيمَا بَيْنَ هَذَيْنِ الْوَقْتَيْنِ

Jibril – alaihis salam – mengimamiku shalat di ka’bah dua kali…  kemudian beliau shalat isya, ketika telah berlalu 1/3 malam, kemudian shalat subuh… kemudian Jibril mendekatiku, lalu mengatakan, ‘Wahai Muhammad, inilah waktu shalat para nabi sebelum-mu. Waktu shalat adalah diantara dua rentang waktu tersebut.’ (HR. Turmudzi 149 dan dinilai hasan shahih oleh al-Albani).

Kemudian, dalam hadis lain dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَإِذَا صَلَّيْتُمُ الْمَغْرِبَ فَإِنَّهُ وَقْتٌ إِلَى أَنْ يَسْقُطَ الشَّفَقُ فَإِذَا صَلَّيْتُمُ الْعِشَاءَ فَإِنَّهُ وَقْتٌ إِلَى نِصْفِ اللَّيْلِ

Apabila kalian telah shalat maghrib, maka itu waktunya, sampai hilang warna merah di ufuk barat. Lalu setelah kalian shalat isya, itulah waktunya, sampai pertengahan malam. (HR. Muslim 1416).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah menjelaskan batasan waktu shalat secara praktek. Dalam hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,

أَخَّرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – صَلاَةَ الْعِشَاءِ إِلَى نِصْفِ اللَّيْلِ ، ثُمَّ صَلَّى

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakhirkan shalat isya sampai pertengahan malam, kemudian beliau shalat… (HR. Bukhari 572)

Beliau menyebut orang yang menyia-nyiakan shalat adalah mereka yang menunda shalat sampai datang waktu shalat berikutnya. Beliau bersabda,

إِنَّمَا التَّفْرِيطُ عَلَى مَنْ لَمْ يُصَلِّ حَتَّى يَجِىءَ وَقْتُ الصَّلاَةِ الأُخْرَى

Yang dimaksud menyia-nyiakan shalat adalah mereka yang tidak shalat sampai datang waktu shalat berikutnnya… (HR. Muslim 1594 dan Ibnu Hibban 1460).

Berdasarkan beberapa riwayat di atas, ulama berbeda pendapat dalam menentukan batas akhir shalat isya’.

Pertama, waktu akhir shalat isya adalah selama belum masuk waktu subuh. Selama dikerjakan sebelum subuh, shalat isyanya sah dan tidak dikatakan berdosa.

Ini merupakan pendapat Hanafiyah.

Kedua, Waktu shalat isya’ sampai sepertiga atau pertengahan malam. Meskipun jika dikerjakan sebelum subuh, shalat sah tapi makruh.

Ini merupakan pendapat Malikiyah.

Ketiga, waktu isya ada 2,

[1] Waktu ikhtiyari, sejak hilangnya mega merah di ufuk barat sampai sepertiga malam pertama atau tengah malam.

[2] Waktu dharuri, menurut pendapat lain diistilahkan dengan waktu jawaz (toleransi).

Bagi mereka yang berada dalam kondisi normal, bisa melaksanakan shalat isya’ selama waktu ikhtiyari. Dan tidak boleh mengerjakannya di waktu dharuri atau waktu jawaz, kecuali jika ada udzur.

Ini merupakan pendapat Syafi’iyah dan Hambali.

(at-Tarjih fi Masail Thaharah wa Shalat, 132 – 138)

Dalam al-Mustau’ib dinyatakan,

وآخر وقتها المختار ثلث الليل؛ وعنه نصفه، ويبقى وقت الجواز والضرورة إلى طلوع الفجر الثاني

Waktu terakhir shalat isya sampai sepertiga malam. Dan ada riwayat darinya, sampai tengah malam. Dan sisanya waktu jawaz dan dharurat sampai terbit fajar subuh. (al-Mustau’ib, 1/125).

Berdasarkan keterangan di atas, ada beberapa yang bisa kita simpulkan,

[1] Ulama 4 madzhab sepakat bahwa mereka yang shalat isya’ setelah pertengahan malam statusnya ada’ (mengerjakan shalat pada waktunya), dan bukan qadha’ (mengerjakan shalat di luar waktu).

[2] Ulama 4 madzhab sepakat bahwa shalat isya’ setelah pertengahan malam, shalatnya sah.

[3] Mereka berbeda pendapat mengenai status orang yang shalat isya setelah pertegahan malam. Ada yang menyebut itu waktu dharurat, sehingga berlaku dalam kondisi darurat. Ada yang menyebut waktu jawaz (toleransi), sehingga berlaku untuk yang punya udzur. dan ada yang menyebut boleh namun makruh, serta ada yang membolehkan tanpa makruh.

Untuk alasan kesempurnaan ibadah shalat isya, ditekankan agar dikerjakan sebelum pertengahan malam atau sepertiga malam. Dan tidak melebihi waktu pertengahan malam, kecuali jika ada udzur.

Allahu a’lam…

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/29289-batas-akhir-waktu-shalat-isya.html